LPM Mercusuar UNAIR Gelar Pelatihan Dasar Menulis Berita

    LPM Mercusuar UNAIR Gelar Pelatihan Dasar Menulis Berita
    Editor Jawa Pos, Lailatul Fitriani, sedang mengisi kegiatan Pelatihan Dasar Mengenal Berita. (sumber : SS Zoom)

    SURABAYA – Sejak dahulu, kegiatan literasi seperti membaca, menulis, dan berbicara adalah kemampuan dasar manusia yang terus dikembangkan dari waktu ke waktu. Penyajian informasi yang efektif adalah salah satu warisan manusia sejak zaman dulu yang tertuang dalam tulisan-tulisan pada berbagai media. Tulisan pun dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan pemahaman seseorang terhadap suatu kasus, termasuk pula oleh mahasiswa.

    Menilik hal tersebut, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Mercusuar Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan pelatihan yang bertajuk Pelatihan Dasar Mengenal Berita. Hal itu ditunjukan kepada seluruh anggotanya pada Minggu (13/3/2022). Sebagai LPM terbesar di UNAIR, LPM Mercusuar berkomitmen untuk terus meningkatkan kemampuan anggotanya agar mampu menyampaikan informasi dengan lebih baik.

    Mengawali presentasi, Lailatul Fitriani sebagai pembicara menjelaskan mengenai penulisan berita secara umum yang diilustrasikan dengan piramida terbalik. Baginya, penulisan berita haruslah diawali dengan headline (judul berita), lalu lead (teras berita), bridge (perangkai), body (tubuh berita), serta leg (kaki berita) secara berurutan. Urutan dari atas hingga bawah pun memengaruhi tingkat kepentingan informasi.

    “Yang pasti, tugas kita (sebagai jurnalis,  red) untuk memberikan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Tidak bertele-tele dan harus runtut, ” jelas Lailatul

    Menambahkan, ia pun bertutur mengenai jenis-jenis berita yang tersedia. Diantaranya straight news, dalam straight news, terkandung informasi mengenai peristiwa-peristiwa aktual yang mudah usang. Oleh karena itu, lanjutnya, jurnalis dituntut untuk segera mempublikasikan dengan singkat, lugas, dan apa adanya.

    Editor Jawa Pos tersebut pun menambahkan mengenai soft news atau feature. Secara garis besar, ia menjelaskan mengenai perbedaan straight news dan soft news. Jika straight news ialah untuk melaporkan peristiwa aktual, maka soft news lebih berfokus kepada menceritakan suatu suasana, peristiwa, ataupun keadaan.

    “Soft news itu lebih kepada human interest, history, biografi, perjalanan. Itu (soft news, red) lebih enak aja, jadi sambil cerita-cerita, ” ujar alumnus Fakultas Ilmu Bahasa (FIB) UNAIR itu.

    Melanjutkan paparan, Lailatul membagikan tips-tips untuk menulis berita. Baginya, hal paling utama ialah menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, dan juga menarik. Dalam menulis pun diusahakan menggunakan kalimat aktif. Lailatul juga bercerita mengenai dosennya saat kuliah yang membenci kata hubung klise yang monoton seperti sementara itu, perlu diketahui, dalam rangka, selain itu, dan lain sebagainya.

    “Gunakan bahasa ndaki-ndaki, fa-fi-fu itu (tidak diperbolehkan, red). Dalam berita itu, intinya informasi bisa ditangkap oleh pembaca, ” tambah Lailatul.

    Pada akhir, Lailatul mengingatkan tentang kode etik jurnalistik yang harus terus dijunjung ditengah maraknya berita bohong. Independensi dan selalu mengecek kebenaran data yang didapat adalah hal yang tidak bisa dikesampingkan oleh jurnalis profesional. (*)

    Penulis : Afrizal Naufal Ghani

    Editor : Nuri Hermawan

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Konflik Ukraina-Rusia, Pakar Hubungan Internasional...

    Artikel Berikutnya

    KAI Daop VII Madiun Bersama Komunitas Rail...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Sektor Jasa Keuangan di Wilayah Kerja Kantor OJK Kediri Terjaga dan Stabil
    8 Tahun Berjuang Cari Keadilan, Soegiharto Santoso Surati Ketua MA
    Pertahankan Prestasi, Rutan Magetan Kembali Raih Predikat Unit Kerja Pelayanan Publik Berbasis HAM (P2HAM) Tahun 2024

    Ikuti Kami